Kamis, 07 November 2013

“Peran Website dalam Transparansi Informasi Sekolah (Studi kasus pada SMA Negeri 15 Surabaya).”


 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi saat ini, keinginan masyarakat terhadap ketersediaan informasi semakin tinggi. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi masyarakat dituntut untuk mampu mengikuti perkembangan agar masyarakat mengetahui dan mampu menggunakan teknologi informasi sesuai dengan kebutuhan. Ketersediaan informasi bagi masyarakat menjadikan masyarakat semakin maju dan tidak ketinggalan informasi-informasi yang sedang berkembang.
Keterbukaaan informasi publik merupakan perwujudan penyelenggaraan Negara yang demokratis. Untuk mewujudkan penyelenggaraan negara yang demokratis tersebut pemerintah harus mengupayakan agar semua informasi publik dapat dengan mudah diperoleh oleh masyarakat. Penyebarluasan informasi harus dilakukan dengan cara yang mudah dan penyampaiannya pun harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga semua elemen masyarakat dapat mengerti dengan baik.
Hak atas informasi publik menjadi sangat penting karena makin terbukanya penyelenggaraan negara, maka semakin mudah bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengawasan kebijakan publik, serta mendorong berjalannya proses penyelenggaran negara yang semakin bisa dipertanggungjawabkan (http://komunikasiuii.or.id, diakses pada tanggal 14 Februari  2011). Dengan demikian keterbukaan informasi publik bukan hanya sekedar memenuhi hak masyarakat tetapi lebih dari itu dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaran kegiatan Negara yang lebih baik.
Ketersediaan informasi publik telah dijamin oleh UUD 1945 juga kemudian didalam UU Keterbukaan Informasi Publik, UU Hak Asasi Manusia serta peraturan perundang-undangan lainnya. Pemerintah juga berkewajiban membuka dan menyediakan informasi publik sebagai bentuk dari penerapan asas pemerintahan yang baik “good governance” yaitu keterbukaan “transparancy” yang disebutkan dalam UU Penyelengaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (http://selokan-opini.blogspot.com, diakses pada tanggal 14 Februari  2011).
Sekolah merupakan salah satu badan publik yang dituntut menjadi tempat mengakses informasi publik sebagai bentuk pelayanan pendidikan bagi masyarakat. Menurut Wakil Koordinator ICW Jakarta, Bambang Widoyoko, dengan adanya keterbukaan (transparansi) informasi dalam pengelolaan sekolah baik yang menyangkut urusan administratif maupun finansial, maka semua pihak dapat mengontrol program serta kebijakan yang dibuat oleh pihak sekolah, sehingga kecenderungan untuk melakukan penyelewengan kebijakan termasuk juga korupsi dapat diminimalkan (http://id.banjarkab.go.id, diakses pada tanggal 3 Maret 2011).
SMA Negeri 15 Surabaya merupakan sekolah RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) yang telah melakukan upaya agar transparansi informasi sekolah dapat terlaksana dengan baik. Salah satu upaya tersebut adalah penyediaan informasi melalui website sekolah. Dengan dibangunnya situs website sekolah secara tidak langsung siswa diperkenalkan dengan teknologi internet dan web yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, salah satu kepentingan mendasar adalah untuk menambah pengetahuan siswa terkait informasi sekolah.
Penyediaan informasi melalui website sekolah haruslah dapat menjamin hak-hak para siswa, orang tua siswa, guru dan staf terkait bahkan masyarakat luas dalam memperoleh transparansi informasi sekolah. Perkembangan sekolah RSBI ini harus dipantau oleh masyarakat, salah satunya melalui website sekolah tersebut.
Website SMA Negeri 15 Surabaya harusnya memiliki nilai guna yang tinggi agar transparansi informasi dapat terlaksana. Oleh sebab itu peran website dalam transparansi informasi sekolah menjadi penting dibahas.
Melalui latar belakang di atas diambil judul penelitian “Peran Website dalam Transparansi Informasi Sekolah (Studi kasus pada SMA Negeri 15 Surabaya).”

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1.      Apa tujuan pembuatan website sekolah di SMA Negeri 15 Surabaya?
2.      Bagaimana peran website dalam Transparansi Informasi Sekolah pada SMA Negeri 15 Surabaya?


C. Tujuan Penelitian
     Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1.      Mengetahui tujuan pembuatan website sekolah di SMA Negeri 15 Surabaya.
2.      Menjelaskan peran website dalam  Transparansi Informasi Sekolah di SMA Negeri 15 Surabaya.

D. Manfaat
            Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah peran website dalam transparansi informasi sekolah di SMA Negeri 15 Surabaya, diharapkan dapat memberikan manfaat:
1.      Manfaat Umum
a.       Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan tentang peran website dan transparansi informasi sekolah
b.      Memperkaya referensi kajian tentang peran website dalam transparansi informasi sekolah di SMA Negeri 15 Surabaya.
2.      Manfaat Khusus
a.       Memberikan masukan bagi SMA Negeri 15 Surabaya agar website sekolah dapat berperan secara optimal dalam menyebarkan informasi publik.

b.      Memberikan masukan bagi SMA Negeri 15 Surabaya agar dapat menjamin hak-hak siswa untuk mendapat informasi sekolah.

ANALISIS SWOT PT. SUCOFINDO SURABAYA

A.    Strengths ( Kekuatan )
Kekuatan yang ada dalam PT Sucofindo adalah sebagai berikut :
1.      Jaringan distribusi yang luas
Jaringan distribusi ini berpengaruh atas penguasaan konsumen, dengan adanya jaringan distribusi yang laus maka hasil produksi akan tersebar dibanyak daerah, konsumen mudah mngenal dan mendapatkan hasil produksi dari perusahaan, dengan jaringan yang luas ini hasil produksi dapat lebih laku dipasaran, dikarenakan konsumen yanag dicakup lebih luas.
2.      Pengalaman selama puluhan tahun
Dengan adanya pengalaman yang lama maka sebuah perusahaan akan lebih kuat untuk bertahan, dengan pengalaman ini perusahaan terus belajar dan memperbaharui diri, mengembangkan kekuatan untuk menutupi kelemahan-kelemahan yang ada. Seperti pepatah “experience is the best teacher” dengan belajar atas pengalaman yang sudah ada maka akan dapat bertindak lebih baik lagi dibanding dengan periode-periode sebelumnya, oleh karena itu segala masalah yang timbul akan mudah diselesaikan dengan belajar dari pengalaman-pengalaman yang telah lalu.
3.      Brand Name yang terkenal
Seperti salah satu strategi yang ada yaitu “strategi kuasai dulu” dengan adanya Brand  yang sudah melekat pada konsumen akan lebih dapat menarik minat konsumen untuk membeli produk dari perusahaan kita. Dengan memonopili pasar dengan Brand yang dimiliki perusahaan mampu mengalahkan  Brand-brand baru yang muncul akibat masyarakat lebih mengenal Brand perusahaan kita aterlebih dahulu.




4.      Fasilitas yang lengkap
Fasilitas berhubungan dengan proses produksi dan pelayanan, dengan penggunaan fasilitas yang baik atau lengkap maka kepuasan konsumen akan tercapai.
5.      Kualitas jasa yang baik
Jasa yang berkualitas merupakan senjata ampuh untuk menarik minat konsumen, tujuan awal sebuah usaha selain untuk mendapatkan keuntungan yanitu membuat para customer merasa puas dengan produk atau layanan yang diberikan perusahaan. Melalui jasa yang baik ini akan menarik minat para customer  untuk kembali lagi menggunakan jasa mereka karena mereka tau bagaimana kualitas pelayanan perusahaan, dengan begitu kiprah perusahaan akan tetap bisa bertahan.
6.      Well-trained personnel
Kebaikan dalam pemberian pelayanan tidak serta merta muncul begitu saja, akan tetapi didukung dengan adanya Sumber Daya Manusia yang kompeten, dengan dimiliki pegawai-pegawai yang baik dan kompeten ini membuat para customer merasa nyaman dalam proses pemberian pelayanan, berbeda dengan pegawai-pegawai yang cenderung arogant dan emosional,sikap-sikap yang demikian justru akan membuat para customer tidak betah dan memilih beralih ke perusahaan lain, mengingat para pegawai merupakan roda penggerak dan cerminan dari perusahaan.
7.      Lini jasa yang luas
Banyaknya jasa yang ditawarkan kepada konsumen membuat perusahaan ini lebih menguasai pasar yang ada, melalui berbagai jasa yang ada maka perusahaan akan lebih mudah dikenal oleh masyarakat, selain itu jika ada masyarakat yang membutuhkan banyak jasa layanan dia tidak perlu berpindah-pindah ke tempat lain untuk mendapatkannya, cukup disatu tempat semua masalah sudah dapat teratasi, hal ini akan menjadi senjata kuat perusahaan utuk dapat lebih mengusai pasar.


8.      Penggunaan teknologi yang up-to date
Penggunaan teknologi berkaitan dengan penggunaan layanan dan akses kedalam perusahaan, dengan tekhnologi yang lebih canggih dibanding perusahaan lain maka jasa pelayanan akan dapat terselesaikan dengan lebih mudah. Dengan kemajuan tekknologi ini pula perusahaan dapat melakukan promosi yang lebih luas mengingat penggunaan teknologi internet dapat diakses siapa saja dan dimana saja.
B.     Weaknesses ( Kelemahan )
Kelemahan yang ada pada PT Sucofindo adalah sebagai berikut :
1.      Biaya operasional  yang cukup tinggi
Dengan adanya keunggulan yang ada di dalam PT. Succofindo juga menyebabkan erjadinya suatu kelemahan yang mengakibatkan biaya operasional yang dikeluarkan menjadi banyak dan tidak bisa menghasilakan keuntungan, melainkan mengakibatkan adanya kerugian.
2.      Tarif jasa yang cukup tinggi
Apa yang diperoleh oleh suatu rekanan bisnis yang bekerjasama dengan PT. Succofindo memang sepadan dengan hasil yang diterima tetapi tidak serta merta membuat perusahaan itu senang. Karena apa yang dihasilkan harus dibayar dengan jasa tarif yang mahal kepada PT. Succofindo.
3.      Pelayanan yang belum optimal
Pelayanan yang diberikan PT. Succofindo juga masih menyisakan adanya suatu kekurangan di dalam melakukan pelayanan yang baik yang menyebabkan apa yang diterima oleh rekanan kerja menjadi kurang optimal.
4.      Kurang tanggap terhadap keluhan
Kelemahan yang terjadi di PT. Succofindo juga masih menyisakan suatu permasalahan yang diperoleh perusahaan lain yang memakai jasa PT. Succofindo untuk bekerjasama karena kurang tanggapnya PT. Succofindo dalam menanggapi keluhan rekan bisnisnya yang masih membutuhkan jasa untuk memperbaiki ISO yang ingin dicapai dalam perusahaan tersebut.
5.      Marketing yang kurang kuat
Kami melihat di dalam PT. Succofindo masih mempunyai marketing yang belum kuat dikarena masih kurangnya marketing di dalam PT. Succofindo untuk berpikir lebih maju dan mengembangkan suatu ide-ide yang bisa membuat perusahaan tidak kalah oleh perusahaan lain yang bergerak di bidang yang sama.
C.     Opportunities ( Peluang )
Peluang yang ada pada pada PT Sucofindo adalah sebagai berikut :
1.      Kerjasama dengan surveyor luar negeri
Peluang yang diperoleh oleh PT. Succofindo yang paling besar agar lebih maju yaitu menjalin kerjasama dengan perusahaan luar negeri sebagai wujud untuk mengembangkan perusahaan supaya lebih dikenal baik di Indonesia maupun diluar negeri sekalipun.
2.      Adanya standarisasi yang diinginkan pasar dunia
Dengan melakukan kerjasama dengan perusahaan luar negeri membuat PT. Succofindo juga harus menata standar yang diinginkan oleh pasar luar ngeri supaya PT. Succofindo dapat dilihat oleh perusahaan lain, bahwa standar yang digunakan juga mempunyai mutu yang tidak kalah.
3.      Perdagangan bebas
PT. Succofindo juga seharusnya melirik perdagangan bebas yang sudah dilakukan di Indonesia sejak tahun 2010 sebagai sarana untuk menjalin kerjsama dengan perusahaan asing dan menarik minat perusahaan luar negeri dengan keunggulan-keunggulan yang terdapat di PT. Succofindo tersebut.
4.      Potensi pertumbuhan UKM
Dengan adanya UKM yang semakin banyak berkembang di Indonesia, seharusnya juga membuat PT. Succofindo melihat peluang yang ada didalamnya agar bisa menjalin kerjasama dengan UKM yang sudah berkembang untuk bekerjasama menggunakan jasa PT. Succofindo yang telah mempunyai standar yang baik.
5.      Kebijakan pemerintah yang terkait dengan jasa surveyor
PT. Succofindo seharusnya juga memanfaatkan pemerintah untuk menetapkan jasa untuk perusahaan yang ingin menggunakan jasa penggunaan ISO agar lebih di utamakan perusahaan BUMN yang menanganinya.
D.    Treaths (Ancaman)
Ancaman yang ada pada PT Sucofindo adalah sebagai berikut :
1.      Tarif yang lebih rendah dari kompetitor yang kurang terdeteksi
Kompetitor yang tidak terdeteksi keberadaannya oleh PT. Succofindo dapat menjadikan bumerang tersendiri dikarena adanya persaingan yang tidak sehat yang menjadikan PT. Succofindo tidak bisa mengukur tarif yang di dapat kompetitor jauh lebih rendah dari pada PT. Succofindo dan menjadi kompetitor lebih diunggulkan dalam segi Tarif jasa yang dikeluarkan. PT. Succofindo juga harus melihat pasaran harga yang dikeuarkan pesaingnya.
2.      Pertumbuhan kompetitor baru
Dengan lahirnya kompetitor-kompetitor baru menyebabkan semakin banyaknya pesaing perusahaan sehingga perlu melakukan strategi khusus jika tidak ingin kalah oleh kompetitor tersebut. 

3.      Kondisi keamanan yang kurang kondusif
Dengan kondisi keamanan yang kurang kondusif menyebabkan ancaman tersendiri bagi perusahaan. Sebab dalam suatu perusahaan jika tidak ada perlindungan keamanan bagi  orang yang bekerja di dalamnya, maka pekerjaan yang dijalankan tidak bisa maksimal karena senantiasa dihantui rasa takut. Sehingga kondisi yang menunjukkan perlindungan keamanan dan keselamatan sangat diperlukan dalam suatu perusahaan.
4.      Kuota impor yang dibatasi

Dengan kuota impor yang dibatasi menyebabkan peluang pekerjaan perusahaan akan berkurang, karena semakin dibatasi impornnya maka jasa pelayanan semakin berkurang sehingga merupakan ancaman bagi perusahaan.

Selasa, 01 Oktober 2013

BUDAYA ORGANISASI PERUM PEGADAIAN

Budaya perusahaan diaktualisasikan dalam bentuk simbol / maskot dan jargon "INTAN" yang bermakna:

I = Inovatif :
1. Berinisiatif, kreatif dan produktif
2. Berorientasi pada solusi
N = Nilai Moral Tinggi :
3. Taat Beribadah
4. Jujur dan berfikir positif
T = Terampil :
5. Kompeten di bidangnya
6. Selalu mengembangkan diri
A = Adi Layanan :
7. Peka dan cepat tanggap
8. Empatik, santun dan ramah
N = Nuansa Citra :
 9. Memiliki sense of belonging
10. Peduli nama baik perusahaan

Makna yang terkandung dalam maskot INTAN:
Kepala berbentuk berlian memberi makna bahwa Pegadaian mengenal batu intan sudah puluhan tahun, Intan tidak lebih dari sebuah bongkahan batu yang diciptakan alam dalam suatu proses beratus tahun lamanya. Kekerasannya menjadikan dia tidak dapat tergores dari benda lain. Tetapi dia juga dapat dibentuk menjadi batu yang sangat cemerlang (brilliant) . Dengan kecemerlangan itulah kemudian dia disebut berlian. Karakteristik batu intan itu diharapkan terdapat juga pada setiap insan Pegadaian.
Sikap tubuh dengan tangan terbuka dan tersenyum memberi makna sikap seorang pelayan yang selalu siap memberikan pelayanan prima kepada siapa saja. Rompi warna hijau bermakna memberi keteduhan sebagai insan Pegadaian.
A.    TIPE BUDAYA ORGANISASI PADA PERUM PEGADAIAN CABANG DINOYO
Tipe budaya yang ada di Perum Pegadaian Cabang Dinoyo adalah Integrative Culture. Karena pada Perum Pegadaian perhatian terhadap orang maupun perhatian pada kinerja sangat tinggi. Perhatian terhadap orang dibuktikan dengan dikembangkannya gaya manajemen partisipatif dan dalam keseharian di tempat kerja lebih mengedepankan prinsip kebersamaan dan kekeluargaan, hal ini untuk mewujudkan budaya partisipatif di Perum Pegadaian. Selain itu perhatian terhadap masyarakat (pelanggan) juga sangat tinggi. Ini dibuktikan dengan adanya misi organisasi yaitu “Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi keuangan yang terbaik…”. Di sini kesejahteraan rakyat sangat diperhatikan. Untuk mewujudkan misi tersebut, dibangunlah budaya organisasi yang diaktualisasikan dalam bentuk simbol INTAN. Tujuan dari setiap makna dari simbol tersebut adalah agar pegawai Perum Pegadaian dapat selalu memberikan pelayanan prima bagi rakyat (masyarakat). Budaya INTAN tersebut tentunya bukan hanya sebagai simbol semata, namun pegawai diharapkan benar-benar mengaktualisasikan simbol tersebut dalam menjalankan pekerjaannya sehari-hari. Berbagai sosialisasi agar budaya tersebut dapat benar-benar diterapkan juga telah dijalankan. Selama ini pegawai Perum Pegadaian Cabang Dinoyo sudah berusaha menjalankan budaya INTAN tersebut, meskipun masih ada sebagian kecil pegawai yang belum memahami dan menyadari arti penting dari budaya INTAN tersebut. Namun selama ini budaya tersebut tetap menjadi acuan dalam menjalankan pekerjaan oleh sebagian besar pegawai.
Pada Perum Pegadaian perhatian terhadap kinerja juga sangat tinggi. Berbagai upaya pengembangan dilakukan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Upaya pengembangan tersebut antara lain:
1. Manajemen PERUM Pegadaian telah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pegawai  untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan yaitu dengan memberikan kesempatan pelatihan (diklat) secara teratur, memberi kesempatan melanjutkan pendidikan baik dengan beasiswa perusahaan ataupun biaya sendiri juga adanya peluang promosi bagi mereka yang berpotensi.
2. Partisipasi, yaitu adanya kesempatan untuk berpartisipasi atau terlibat dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi langsung maupun tidak langsung terhadap pekerjaan.
3. Sistem imbalan yang inovatif, yaitu bahwa imbalan yang diberikan kepada pegawai memungkinkan mereka untuk memuaskan berbagai kebutuhannya sesuai dengan standard hidup pegawai yang bersangkutan dan sesuai dengan standard pengupahan dan penggajian yang berlaku di pasaran kerja. Manajemen PERUM Pegadaian selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan pegawai dengan memberikan gaji dan bonus berupa jasa poduksi, THR, tunjangan cuti dan asuransi jiwa/kesehatan.
4. Lingkungan kerja, yaitu tersedianya lingkungan kerja yang kondusif termasuk di dalamnya penetapan jam kerja, peraturan yang berlaku, kepemimpinan serta lingkungan fisik. Dari waktu ke waktu manajemen selalu berusaha untuk memperbaiki kondisi fisik bangunan gedung yang menjadi tempat operasional pelayanan gadai, hal ini bisa dilihat pada fisik kantor PERUM Pegadaian. Manajemen juga berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, jam kerja yang cukup fleksibel serta memberikan hak cuti baik itu cuti tahunan, cuti besar, cuti karena alasan sakit ataupun cuti melahirkan.
Berbagai upaya pengembangan pegawai tersebut adalah agar kerja pegawai dapat lebih baik sehingga dapat meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja tersebut diharapkan dapat meningkatkan citra Perum Pegadaian, khususnya pada Cabang Dinoyo.

B.     PENERAPAN CARING CULTURE PADA PERUM PEGADAIAN CABANG DINOYO SETELAH REFORMASI
Organisasi-organisasi publik di Indonesia jika dianalisis dengan menggunakan empat tipe budaya yaitu apathetic culture, caring culture, exacting culture, dan integrative culture, maka dapat disimpulkan bahwa sebagian besar organisasi publik memiliki budaya organisasi yang bertipe Caring. Organisasi-organisasi publik di Indonesia biasanya memiliki perhatian yang sangat rendah terhadap kinerja pelaksanaan tugas, tetapi memiliki perhatian yang sangat tinggi terhadap hubungan antar manusia. Hal ini nampak dari ciri-ciri birokrat sebagai berikut:
(a) lebih mementingkan kepentingan pimpinan ketimbang kepentingan klien atau pengguna jasa;
(b) lebih merasa sebagai abdi negara daripada abdi masyarakat;
(c) meminimalkan resiko dengan cara menghindari inisiatif;
(d) menghindari tanggung jawab;
(d) menolak tantangan; dan
(e) tidak suka berkreasi dan berinovasi dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Pada perum pegadaian Cabang Dinoyo berdasarkan hasil wawancara dan analisis, maka dapat disimpulkan bahwa pegawai pada Perum Pegadaian Cabang dinoyo setelah reformasi sudah berusaha untuk menghindari ciri birokrat seperti yang disebutkan di atas. Perum pegadaian belajar dari pengalaman lalu, sebelum reformasi, yang masih ada anggapan pegadaian sebagai “Dewa Penolong” yang menempatkan posisi daya tawar perusahaan yang jauh lebih tinggi dari nasabah dan menimbulkan anggapan dimanapun pegadaian berada akan dicari orang. Persepsi ini menyebabkan pegadaian tidak perlu berpromosi dan pegawai tidak perlu pintar-pintar karena dengan kualitas yang ada sudah cukup untuk menjalankan operasional pegadaian. Oleh karena itu orientasi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan kepuasan nasabah kurang mendapat perhatian. Orientasi pada waktu itu difokuskan pada upaya untuk meningkatkan modal kerja dengan cara meningkatkan surplus guna menambah  modal sendiri. Hal ini menyebabakan inisiatif dan inovasi pegawai sangat rendah.
Setelah reformasi anggaan pegadaian sebagai “Dewa Penolong” sudah dihilangkan. Para pegawai pegadaian lebih bersikap sebagai abdi masyarakat, bukan abdi Negara. Hal ini tergambar pada sikap pegawai yang santun, ramah serta peka dan tanggap pada kepentingan masyarakat, sesuai dengan jargon INTAN yang merupakan budaya pada perum pegadaian. Meskipun tidak semua pegawai bersikap seperti itu, namun sudah sebagian besar pegawai sudah menerapkan budaya INTAN tersebut. Hanya sebagian kecil pegawai yang masih belum memaknai budaya INTAN sebagai budaya yang harus benar-benar diterapkan.
Dalam memberikan pelayanan, kepentingan pengguna jasa (masyarakat) lebih diutamakan ketimbang kepentingan pimpinan dan kepentingan diri sendiri. Terdapat tanggung jawab dan inisiatif dalam melaksanakan tugas agar pekerjaannya dapat terpenuhi dengn baik. Hal ini juga sesuai dengan jargon INTAN pada perum pegadaian. Selain itu yang juga tak kalah penting pada perum pegadaian terdapat inovasi sebagai bentuk pengabdian pada masyarakat. Selain mengembangkan produk-produk jasa keuangan yang diperlukan masyarakat, Pegadaian juga meluncurkan Program CSR yang diberi nama “Go Entrepreneur”. Dengan program tersebut Perum Pegadaian ingin turut berpartisipasi menumbuhkan bibit wirausaha di kalangan muda.
Dengan meluncurkan program itu Perum Pegadaian ingin turut meningkatkan kualitas kesejahteraan masyarakat sekaligus membina hubungan dengan generasi muda sebagai calon pemimpin masa depan, dengan cara menumbuhkan semangat berwirausaha di kalangan muda, kalangan muda yang dimaksud disini adalah pelajar dan mahasiswa. Pembibitan wirausaha dengan sasaran kaum muda adalah pilihan yang tepat. Dengan mengikuti program ini, diharapkan peserta mengalami perubahan cara berfikir (mindset) dan bercita-cita menjadi pengusaha.
Selain itu, dengan adanya program ini, Perum Pegadaian berharap bisa lebih dekat dengan pelajar atau mahasiswa serta masyarakat. Karena kalangan muda ini juga adalah kelompok potensial yang beberapa tahun ke depan bisa menjadi nasabah atau pelanggan Perum Pegadaian. Mereka juga sekaligus bisa menjadi pemasar tidak langsung (indirect marketing) produk-produk Perum Pegadaian.

C.    BUDAYA KINERJA PERUM PEGADAIAN CABANG DINOYO
Budaya kinerja adalah suatu situasi kerja yang memungkinkan semua pegawai dapat melaksanakan semua pekerjaan dengan cara terbaik yang dapat dilakukannya.
Situasi kerja dapat diciptakan dari lingkungan kerja, yaitu tersedianya lingkungan kerja yang kondusif termasuk di dalamnya penetapan jam kerja, peraturan yang berlaku, kepemimpinan serta lingkungan fisik.
Dari waktu ke waktu manajemen Perum Pegadaian selalu berusaha untuk memperbaiki kondisi fisik bangunan gedung yang menjadi tempat operasional pelayanan gadai, hal ini bisa dilihat pada fisik kantor Perum Pegadaian. Pada Perum Pegadaian Cabang Dinoyo kondisi fisik kantor sudah cukup bagus, pegawai sudah merasa nyaman dalam melaksanakan pekerjaan sehari-harinya. Fasilitas yang diperlukan pegawai seperti kamar mandi, tempat sholat, juga sudah cukup memadai. Dengan demikian situasi kerja dari fisik kantor sudah memungkinkan pegawai dapat melaksanakan pekerjaan dengan cara terbaik yang dapat dilakukannya. Dengan kondisi fisik bangunan yang sudah cukup nyaman tersebut juga menyebabkan konsumen yang datang pada perum Pegadaian merasa puas dan memiliki pandangan positif pada perum pegadaian sehingga konsumen tidak kapok untuk kembali jika memerlukan jasa dari Perum Pegadaian lagi.
Manajemen juga berusaha untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat, jam kerja yang cukup fleksibel serta memberikan hak cuti baik itu cuti tahunan, cuti besar, cuti karena alasan sakit ataupun cuti melahirkan bagi para pegawainya. Hal ini juga tidak kalah penting karena dengan adanya lingkungan kerja yang sehat tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan pegawai yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Namun yang belum mendapat perhatian dari pihak manajemen adalah pada  keselamatan kerja terutama bagi penaksir, yang setiap hari bertugas melakukan pengujian terhadap barang jaminan emas terutama dengan menggunakan air uji nitrat, yang tentu saja sangat berdampak pada kesehatan penaskir yang bersangkutan. Manajemen belum terlalu memperhatikan keselamatan kerja mereka, padahal tugas dan fungsi mereka juga tidak kalah penting jika dibandingkan dengan pegawai yang bertugas melayani konsumen secara langsung.

D.    10 SEMANGAT  KEWIRAUSAHAAN PADA PERUM PEGADAIAN CABANG DINOYO
1.      Mengarahkan ketimbang mengayuh
Pimpinan pada Perum Pegadaian Cabang Dinoyo dalam memberikan penjelasan kepada bawahannya cenderung mengarahkan ketimbang mengayuh. Hal ini terbukti pada sosialisasi budaya organisasi pada pegawai. Dari sosialisasi tersebut pegawai diarahkan untuk menjalankan pekerjaan sesuai dengan budaya yang berlaku pada Perum Pegadaian. Pimpinan cenderung memberikan pengertian bahwa budaya organisasi sangat penting untuk dijalankan untuk mencapai misi organisasi. Pegawai tidak diawasi dan diajari setiap saat, namun yang lebih ditekankan adalah menumbuhkan kesadaran pada individu pegawai agar dapat menjalankan tugas pekerjaannya sendiri sesuai dengan budaya yang diinginkan.
2.      Memberi wewenang kepada masyarakat
Dengan memberikan uang pinjaman pada masyarakat Perum Pegadaian telah memberikan wewenang pada masyarakat untuk mengembangkan sendiri uang dari hasil pinjaman tersebut. Masyarakat dapat mengembangkan pinjaman tersebut untuk berbagai keperluan yang dapat mengembangkan kondisi perekonomiannya. Seperti misalnya menggunakan uang pinjaman untuk berwirausaha sehingga jika berhasil dapat mengangkat perekonomiannya.
3.      Menyuntikkan persaingan ke dalam pemberian pelayanan
Pelayanan dari masing-masing cabang perum pegadaian akan dinilai oleh pusat. Jadi terdapat dorongan untuk melaksanakan pelayanan terbaik pada masing-masing cabang. Seperti pada Perum Pegadaian Cabang Dinoyo yang merasa harus bersaing dengan cabang atau institusi lain yang juga bergerak dalam bidang jasa yang sama. Dengan demikian ada komitmen yang kuat dari pegawai untuk terus meningkatkan pelayanan.
4.      Menciptakan organisasi yang digerakkan oleh misi daripada peraturan
Cara kerja Perum Pegadaian digerakkan oleh misi perusahaan yaitu “Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat khususnya golongan menengah ke bawah dengan memberikan solusi keuangan yang terbaik melalui penyaluran pinjaman skala mikro, kecil dan menengah atas dasar hukum gadai dan fidusia; memberikan manfaat kepada pemangku kepentingan dan melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik secara konsisten; serta melaksanakan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya..
Misi ini yang lebih mendorong pegawai pegadaian melaksanakan pelayanan yang berkualitas pada masyarakat, daripada peraturan. Melalui misi tersebut Perum Pegadaian ikut meningkatkan perekonomian masyarakat dengan cara memberikan uang pinjaman berdasarkan hukum gadai kepada masyarakat kecil, baik yang bersifat produktif maupun yang bersifat konsumtif, agar mereka terhindar dari praktek pinjaman uang dengan bunga yang tidak wajar.
5.      Lebih berorientasi pada hasil bukan input
Orientasi Perum Pegadaian adalah bagaimana menghasilkan kinerja yang baik sehingga kepuasan konsumen dapat tercipta. Input kinerja seperti sumber daya manusia, modal, dan waktu sebenarnya juga diperhatikan. Namun yang jauh lebih mendapat perhatian dari pimpinan yaitu hasil akhirnya.
6.      Berorientasi pada pelanggan bukan birokrasi
Sesuai dengan misi perusahaan yaitu “Membantu program pemerintah meningkatkan kesejahteraan rakyat…” maka orientasi perum Pegadaian adalah pelanggan (rakyat). Pegawai tidak bertindak sebagai abdi Negara, melainkan bertindak sebagai abdi masyarakat.
7.      Berorientasi wirausaha
Kegiatan yang dilakukan pada Perum Pegadaian orientasinya adalah wirausaha. Seperti program CSR yang diberi nama “Go Entrepreneur”. Dengan program tersebut Perum Pegadaian ingin turut berpartisipasi menumbuhkan bibit wirausaha di kalangan muda.
8.      Bersifat antisipatif
Pegawai dalam menjalankan pekerjaannya tidak serta merta hanya menjalankan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kadang kala juga diperlukan antisipasi pemecahan masalah sendiri jika ada kejadian di luar dugaan. Seperti misalnya terjadi peristiwa kerusakan barang akibat kelalaian pegawai di depan konsumen yang secara langsung menyaksikan kelalaian pegawai tersebut, pegawai harus memiliki antisipasi pemecahan masalah yang dapat diterima oleh konsumen, tidak hanya menunggu perintah dan solusi dari atasan.
9.      Menciptakan desentralisasi
Setelah statusnya berubah menjadi Perusahaan Umum (Perum) pada tahun 1990, maka seluruh kekayaan termasuk pegawai pegadaian dipisahkan dari administrasi Departemen Keuangan. Dari sini desentralisasi mulai terbentuk. Perum Pegadaian merasa perlu memikirkan suatu identitas perusahaan untuk menjalankan usahanya sendiri. Alat timbangan kemudian dipilih sebagai identitas perusahaan yang dikembangkan berdasarkan kepribadan pegadaian yaitu “mengatasi masalah tanpa masalah”. Tentunya itu tidak semata-mata hanya sebagai jargon kalimat tanpa makna, namun kinerja yang ditunjukkan oleh pegawai harus benar-benar dapat memberikan solusi yang baik bagi masyarakat.
Namun jika dilihat pada budaya Perum Pegadaian Cabang Dinoyo belum dapat menciptakan desentralisasi. Karena budaya organisasi masih tergantung pada pusat. Berbagai inovasi program yang dijalankan juga merupakan rekomendasi dari pusat, jadi belum dapat mengatur dan membuat budaya organisasi sendiri di cabang tersebut.
10.  Berorientasi pada pasar
Orientasi pada perum pegadaian adalah bagaimana agar pasar dapat berpihak pada perusahaan tersebut. Dengan semakin ketatnya persaingan dalam bidang jasa yang sama, maka pegawai harus pandai agar pasar dapat percaya pada Perum Pegadaian, bukan pada institusi lain.



DAFTAR PUSTAKA

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Perilaku dan Budaya Organisasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Handout Mata Kuliah Manajemen Pelayanan Prima


www.pegadaian.co.id

Minggu, 18 Agustus 2013

STRATEGI SDM DAN PELAYANAN PRIMA

Peringkat Indonesia yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia kurang mampu mengelola pemerintahan sehingga hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Dalam segala aspek Negara kita mengalami penurunan, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan politik. Sebagai salah satu contoh dulu pendidikan Indonesia jauh lebih bagus dari Malaysia, bahkan banyak guru yang dikirim ke Malaysia. Namun yang terjadi kini kebalikannya, pendidikan di Malaysia jauh lebih di atas Indonesia.
Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa salah satu unsur yang mempengaruhi daya saing adalah pelayanan prima. Di sini jelas pemerintah seharusnya mampu mewujudkan pelayanan prima agar pelayanan publik yang terlaksana dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian arah dari persaingan global bukan hanya menyangkut fasilitas, tapi sudah mengarah pada pelayanan. Pelayanan yang baik (pelayanan prima) dapat membuat konsumen loyal pada suatu perusahaan. Strategi inilah yang sering digunakan oleh semua perusahaan untuk meningkatkan daya saingnya. Begitu juga dengan pemerintahan. Seharusnya pemerintah juga menggunakan strategi peningkatan pelayanan sebagai upaya untuk memuaskan rakyat, sehingga harapannya dengan adanya kepuasan rakyat bangsa ini bisa semakin maju dalam segala aspek.  Sebagai contoh jika rakyat puas dengan pelayanan pemerintah mereka akan taat membayar pajak dan rasa nasionalisme bisa terwujud. Sehingga dari rasa nasionalisme tersebut akan muncul kesadaran untuk sama-sama saling membantu mewujudkan peningkatan kesejahteraan di bangsa ini.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam peningkatan pelayanan adalah dari faktor SDM (Sumber Daya Manusia). SDM adalah pelaku dalam pelayanan. Jika SDM nya memiliki kualitas yang baik, maka pelayanannyapun juga bisa baik. Maka sebelum membahas bagaimana pelayanan prima harus dapat diwujudkan, harus bisa mewujudkan SDM yang berkualitas terlebih dahulu.
Mutu pelayanan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi fisik dan sisi non fisik. Dari sisi fisik mutu barang dan jasa yang disediakan oleh perusahaan harus sesuai dengan dengan kebutuhan konsumen. Bukan berarti mutunya harus berkualitas tinggi, namun mutu di sini adalah yang  sesuai keinginan konsumen. Pada lapisan masyarakat yang berbeda keinginan terhadap barang dan jasanya pun berbeda. Jika masyarakat lapisan atas, mereka akan lebih mengutamakan barang dengan mutu yang sangat tinggi meskipun harganya pun juga tinggi. Berbeda dengan rakyat lapisan menengah  ke bawah biasanya mutu yang berkualitas kurang mereka perhatikan, namun yang lebih diperhatikan adalah harganya. Meskipun barang yang mereka terima kurang berkualitas, namun jika harganya murah itulah yang mereka inginkan. Jadi di sini tugas SDM adalah harus mampu melihat bagaimana kebutuhan konsumennya yang beragam. Jangan sampai tidak sesuai dengan keinginan mereka. Sedangkan dari sisi non fisik adalah kehandalan dan komitmen pelayanan oleh SDM dengan segera, akurat, dan memuaskan konsumen dan pelanggan. SDM harus mampu menunjukkan sikap bahwa konsumen adalah raja, segala ucapan, sikap, dan tingkah laku yang mereka tunjukkan pada konsumen harus membuat konsumen merasa penting. Kepuasan konsumen adalah hal penting yang harus digarisbawahi oleh SDM. Mereka harus menomorsatukan kepuasan konsumen sebagai hasil akhir dari pelayanan yang telah diberikan.

Ada strategi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pelayanan prima. Salah satunya adalah pengembangan SDM berbasis kompetensi. Pengembangan tidak hanya dapat dilakukan melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan teknis saja, namun juga dapat diterapkan dalam pengembangan sikap. Sikap memiliki peran penting yang dapat mempengaruhi pemberian pelayanan. Sikap di sini adalah daya respon dan kepekaan terhadap masalah perilaku pasar dan mutu produk. Untuk selanjutnya SDM dilibatkan dalam pengambilan keputusan tentang pelayanan prima. Selain itu sikap adalah bagaimana SDM berhubungan langsung dengan konsumen. Kepribadian yang hangat dan empati dapat menunjukan kepedulian besar terhadap konsumen. Sehingga pelayanan prima dapat terwujud. Pelanggan harus merasa puas terhadap segala pelayanan yang diberikan oleh perusahaan yang dilakukan oleh SDM ini.

Sabtu, 17 Agustus 2013

ANALISIS SWOT TENTANG E-MONEY DI INDONESIA

1.      Strengths (Kekuatan)
  1. Dapat digunakan untuk transaksi sehari-hari yang nilai nominalnya kecil
Sebelumnya telah ada pembayaran non tunai yaitu kartu debit, kartu kredit, chek dan lain-lain. Namun kartu tersebut memiliki kelemahan yaitu hanya dapat digunakan untuk jumlah pembayaran tertentu. E-money merupakan jawaban atas kelemahan tersebut, karena e-money dapat digunakan untuk pembayaran dengan nilai nominal kecil, sehingga dapat digunakan untuk transaksi sehari-hari seperti pembayaran ongkos bus, parkir, tol atau tiket.
  1. Efisien
Dengan menggunakan e-money akan lebih efisien karen tidak perlu lagi membawa uang receh. Pembayaran juga lebih praktis dan cepat karena tidak lagi memerlukan uang kembalian. Ini sangat cocok digunakan oleh masyarakat yang memiliki mobilitas tinggi dan membutuhkan kepraktisan, kecepatan, dan keamanan saat transaksi.
  1. Mengatasi antrian panjang pembayaran
Karena sifatnya yang cepat dan praktis, e-money dapat menghemat waktu sehingga tidak perlu antri panjang lagi ketika melakukan pembayaran. Misalnya antrian panjang pada gerbang tol atau saat melakukan pembayaran di supermarket akan dapat teratasi.
  1. Sasaran untuk semua kalangan
Tidak semua kalangan bisa menggunakan kartu kredit, karena bank tidak sembarangan memilih pemegang tersebut. Meski mereka gencar berpromosi namun tetap selektif memilih calon pemegang kartu kredit. Kartu kredit hanya menyasar pada segmen masyarakat menengah keatas, hanya orang-orang yang dinilai memiliki pendapatan bulanan yang memadai dan memiliki kemauan membayar yang dipilih. Sedangkan pada e-money tidak ada syarat-syarat yang mengharuskan tersebut, sehingga semua  kalangan bisa menggunakannya.

  1. Masyarakat yang tidak punya rekening tetap bisa bertransaksi
E-money juga tidak mengharuskan penggunanya memilki rekening terlebih dahulu. Masyarakat cukup membeli e-money dengan sejumlah uang cash, maka pembeli bisa membelanjakannya sebesar uang tersebut dengan mendebetnya tiap kali transaksi di merchant tertentu.
  1. E-Money merupakan tren pembayaran di luar negeri
E-money telah menjadi tren pembayaran di luar negeri. Beberapa Negara yang telah mengembangan e-money adalah Amerika Serikat, United Kingdom, Australia,  Jepang,  Thailand, dan Singapore.

2.      Weaknesses (Kelemahan)
a.       Perusahaan yang telah mengembangkan e-money (yang telah mendapat ijin dari BI) masih belum banyak
Beberapa perusahaan yang telah diberi ijin oleh BI untuk menerbitkan kartu prabayar e-money adalah BCA dengan flash BCA dan digunakan oleh karyawan BCA, Bank DKI untuk pembayaran Trans Jakarta, dan Telkom dengan produknya i-VAS yang masih terbatas pada game online tertentu. i-VAS Telkom berfungsi untuk pembayaran di internet. Provider lain yang mengembangkan e-money ini adalah Telkomsel dalam bentuk Telkomsel Tunai (T-Cash).
b.      Aspek keamanan transaksi belum terbukti
Segala transaksi keuangan yang bersifat elektronik belum terjamin keamananya. Segala kemungkinan ketidakamanan bisa saja terjadi, misalnya terjadi kesalahan pada sistemnya atau kesalahan merchant (toko) dalam memproses transaksi yang mengakibatkan kerugian pada penggunanya.
c.       Masyarakat belum aware pada e-money
Karena belum banyaknya perusahaan yang mengembangkan e-money, masyarakat juga belum begitu aware pada e-money. Istilah e-money masih asing di Negara kita. Hanya masyarakat tertentu saja yang sudah mengetahui dan sudah menggunakan e-money.

3.      Opportunities (Peluang)
a.       Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan pasar yang potensial
Dengan jumlah penduduk Indonesia yang begitu besar, merupakan peluang bagi perusahaan yang ingin mengembangkan e-money di Negara ini. Dengan semakin banyaknya jumlah penduduk maka sasaran masyarakat pengguna e-money juga semakin besar. Sehingga kemungkian pengembangan e-money cukup terbuka lebar, yang diperlukan adalah strategi agar banyak masyarkat yang mau berpindah dari sistem pembayaran tunai dengan sistem pembayaran non tunai.
b.      Karakter masyarakat yang suka mengikuti tren di luar negeri
E-money telah menjadi tren di luar negeri. Karakter masyarakat di Negara kita terbiasa mengikuti tren yang ada di luar negeri. Peluang ini dapat dijadikan strategi untuk lebih mengembangkan e-money agar e-money juga bisa menjadi tren di Negara kita.
c.       Berpeluang sebagai market leader dan menjadi top of mind konsumen
Perusahaan yang mampu menjadikan e-money sebagai tren di masyarakat, akan berpeluang menjadi market leader sehingga keuntungan yang didapat bisa besar. Hal ini bisa menjadikan banyak perusahaan yang tertarik mengembangkan e-money. Dengan demikian peluang e-money untuk menjadi tren di masyarkat juga terbuka lebar. Selain itu jika sudah menjadi tren e-money akan menjadi top of mind masyarkat.

4.      Threats (Ancamaan)
a.       Bersaing dengan kartu kredit, kartu debit  meski tidak secara langsung
Dengan telah berkembangnya kartu kredit, kartu debit, dll secara tidak langsung telah menjadi saingan e-money. Karena meskipun semua kalangan bisa menggunakan e-money, namun biasanya masyarakat yang membutukan dan tertarik pada pembayaran non tunai (dengan media elektronik) adalah masyarakat dari golongan menengah ke atas. Kebanyakan dari masyarakat tersebut telah memiliki kartu kredit dan kartu debit. Sehingga jika ingin menggalakkan e-money masyarakat harus tahu keuntungan dan kelebihan e-money dibandingkan dengan kartu kredit dan kartu debit.
b.      Masyarakat masih merasa nyaman dan aman dengan transaksi tunai
Masyarakat masih merasa nyaman dan aman dengan menggunakan transasksi tunai. Pada dasarnya mereka masih senang dengan pembayaran tunai karena dianggap gampang dan tidak perlu alat elektronik yang dianggap malah merepotkan dalam pengurusannya.
c.       Pemberitaan negatif di media tentang transaksi non tunai

Pemberitaan negatif di media terkait transaksi non tunai juga bisa menjadi ancaman pada e-money. Seperti pemberitaan tentang kartu debit yang sering bermasalah, kesalahan sistem transaksi pembayaran non tunai, dan sebagainya. Beragam pemberitaan tersebut memunculkan mindset negatif pada masyakakat bahwa pembayaran non tunai sering mengalami permasalahan sehingga mereka tidak begitu tertarik pada pembayaran non tunai dan lebih memilik pembayaran tunai.

Kamis, 15 Agustus 2013

Puisi

Sebuah Perjalanan

Perjalanan panjang yang ku lalui..
Memberikanku pelajaran bahwa hidup adalah perjuangan…
Ada makna yang tersirat dalam setiap langkah itu…
Membuat suasana hatiku semakin galau jika tak terus berjuang
Membuat jiwaku resah jika hanya berdiam diri tanpa sesuatu yang berarti..
Dan ketika ku temui sesuatu yang membuatku berkaca pada orang lain..
Tak ubahnya aku seperti gadis kecil yang belum mengerti dunia dan kehidupan..
Yang ku mengerti hanya secuil dalam hidup ini…
Terus ku lalui perjalanan ini..
Tanpa henti, tanpa letih…
Ku lewati jalan yang penuh debu dan polusi…
Tapi ku tetap riang, inilah perjuangan…
Ku tak akan berhenti
Sampai menemukan pelabuhan terakhir yang membawaku menemukan kebahagiaan sejati….


                                                                                    Suci M